Sabtu, 19 Februari 2011

MAKALAH PENELITIAN PERTANIAN

oleh: muhammad rafil fahry.

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Sasaran utama pembangunan pertanian dewasa ini adalah peningkatan produksi pendapatan petani , karena itu kegiatan di sektor pertanian di harapkan dapat memperbaiki taraf hidup petani seperti hortikultura.
Pengendalian hama dan penyakit merupakan salah satu faktor dalam pasca usaha tani dan merupakan syarat mutlak bagi peningkatan usaha produksi pertnian, hal ini di sebabkan oleh gangguan hama penyakit dapat menyebabkan kerugian langsung pada penurunan produksi.
Dari beberapa jenis hama dan penyakit pada tanaman pangan dan hortikultura telah menimbulkan banyak kerusakan hebat, untuk mengatasi hama tersebut marilah kita mengendalikan mengendalian hama terpadu (PHT) yaitu dengan untuk menurunkan dan memperthankan populasi OPT dibawh batas yang menyebabkan kerugian.

B.   Maksud Dan Tujuan
a.     Maksud
Adapun maksud dari praktikum lapangan perlindungan tanaman yang di lakukan di desa labasan adalah:
ü Supaya dapat mempraktekkan tata cara melindungi tanaman dari penyakit atau hama yang menyerang
ü Memperlihatkan kepada masyarakat tani dalam mengatasi penyakit tanaman

b.    Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
ü Mengikuti proses mata kuliah perlindungan tanaman.
ü Mengaktualisasikan dan mengamalkan ilmu yang terpahami dalam pertanian.


BAB II
PELAKSANAAN
Tempat waktu pelaksaan
Tempat pelaksanaan praktekum lapangan perlindungan tanaman di laksanakan pada hari senin tanggal 21-november-2010 jam 07:30 di desa labasan dusun tandro lima.
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan untuk menangkap hama adalah jari-jari yang terbuat dari bambu dan kain kapan warna putih agar dapat mempercepat penangkapan hama.
BAB III
HASIL DAN KESIMPULAN
A.   Hasil.
Hama merupakan serangga atau hewan yang dapat menimbulkan kerusakan kerusakan pada tanaman dan telah menimbulkan kerugian sertarta penurunan hasil seperti pada hama penggerek batang, wereng hijau, penyakit tungro dan penyakit hawar daun.
1.     Penggerek batang
 (scipophaga=tryporyza innota walkers)
Bioekologi
Ø Telur
Dalam kelompok 170-260 butir/kelompok dalam permukaan atas daun atau pelapah. Ditutupin rambut halus, berwarna coklat kekuning-kunigan stadium telur 4-9 hari.
Ø Larva
Putih kekuning-kuningan, panjang maksimum 2 mm, stadium larva 19-13 hari bila mengalami diapaise dapat berlangsung sampai 3 bulan.
Ø Pupa
Stadium pupa 6-12 hari
Ø Imago
Berwarna putih, panjang betina 13 mm dan jantan 11 mm, tertarik cahaya.
Gejala Serangan
Gejala kerusakan pada tumbuhan vegetatif di sebut sundep. Pada pucuk tanaman terserang tampak berwarna kuning, layu akhirnya kering dan bila ditarik mudah lepas titik tubuh, sebab sudah merusak bagian pangkal atau titik tumbuh tanaman.
Gejala kerusakan pada fase generatif disebit beluk, yaitu malaiya tegak, berwarna putih dan hampa. Gejala kerusakan tersebut mudah dikenali dan dibedakan dengan gejala kerusakan hama tanaman lainnya.
Musu alami
Ø Parasitoid telur yaitu tetrastchus schoenobii, telenomus rowani dan trichogramma app. Diantara kegiatan jenis parasitoid telur tersebut yang paling dominan dan efektif adalah Tetrastichus sokoenobii.
Ø Parasitoid lavar yaitu Conocephalus longipennis.
Pengelolaan
a.     Pengaturan pola tanaman
Ø Tanaman serentak varietas genjah dengan selisih waktu kurang dari 2 minggu.
Ø Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi.
Ø Persamaian dilakukan secara berkelompok untuk memudahkan pengumpulan kelomopok telur.
b.    Pemanfaatan cara fisik dan mekanik
Ø Pada saat panen, batang padi dipotong serendah mungkin sampai permukaan tanah, dan diikuti penggenangan air agar larva dan pupa mati.
Ø Pengumpulan kelompok telur disemaikan atau di pertanaman ditampung agar parasit yang muncul dapat di lepaskan kembali.
c.      Eradiksi
Ø Pembatasan dan pengumpulan jerami padi lalu dibakar selanjutnya tanah segerah di olah.


d.    Pemanfaatan musuh alami.
Ø Kelompok telur yang ditampung dari persamaian dan dipertanamkan dipelihara agar parasitoid yang keluar dapat dilepaskan kepertanaman.
e.      Penggunaan isectisida
Ø Dilakukan secara bijaksana, apabila serangga penggerek batang 20% pada fase fegetatif.
Pengelolaan
ü Pola tanaman
Tanaman serentak minimal hamparan agar diperoleh keserentakan fase matang susu.
ü  Sanitasi
Yaitu pembersihan tanaman inang
ü  Cara mekanik
Pengumpulan serangga dengan menggunakan alat  perangkap beberapa bangkai kepiting, tulang-tulang yang dipasang di sawah kemudian dimatikan.
ü  Penggunaan insectisida
Penyemprotan dengan insectisida yang efektif di ijinkan apabila ditemukan walang sangit rata-rata 10 ekor/rumpung pada stadia setelah berbunga.

2.     WERENG HIJAU (Nophotetix Spp)
Bioekologi
Ø Telur berukuran panjang lonjong diletakkan dalam, jaring pelepa daun dan tersusun berderet seperti sisir pisang. Telur menetas setelah 4-8 hari.
Ø Imago serangga dewasa berwarna hijau berukuran 4-6mm, pada sayap bagian ujung berwarna hitam, serangga dewasa aktif pada malam hari dan tertarik cahaya, namfa dan serangga dewasa mengisap cairan daun.
Gejala serangga.
Tanaman yang terserang tunas berkurang dan berwarna kuning. Serangga pada tanaman muda dapat menyebabkan mulai yang dihasilkan steril dan kecil. Wereng hijau dapat berperang sebagai vactor penyakit yang disebabkan oleh virus tungo.

Pengolahan
Ø Pola tanaman
Pengiliran tanaman dengan tanaman bukan padi
Ø Penanaman varietas tahan
Ø Sanitas terhadap tanaman inang.

3.     PENYAKIT TUNGRO.
Pathogen:virus
Gejala serangan
Gejala serangan tungro berupa pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil dan jumlah anakan berkurang. Daun yang sakit berwarna kuning sampai kerdil sampai orange dari mulai pucuk kearah pangkal. Tanman atau terinfeksi tidak menimbulkan gejala-gejala dan penurunan hasil tetapi dapat menjadi sumber infeksi.
Daur penyakit
Virus tungro terutama ditularkan oleh wereng hijau ( nompa maupun imago) virus bersifat non persisten dan daya infeksi nimfa menurun setiap pergantian kulit. Serangan yang mengisap pada tanaman sakit mendapatkan virus dalam waktu singkat (30 menit), segera setelah itu serangga dapat menularkannya pada tanaman yang lain. Virus tidak dapat berkembang pada tumbuhan vector. Vector efektif menularkan virus paling lama 7 hari setelah itu tidaklagi mengisap pada tanaman sakit vektor menjadi serangga bebas virus. Bila serangga dapat mengisap tanaman terirfeksi akan menjadi vektor virus lagi.
Pengelolaan.
Ø Waktu tanam serentak untuk membatasi ketersediaan umur tanaman yang sesuai bagi perkembangan dan penularan virus tungro.
Ø Pergiliran tanaman dilakukan dengan yang bukan inang tungro.
Ø Pergiliran verietas sesuai dengan tetuanya.
Ø Eradiksi dilakukan untuk menghilangkan memusnahkan yang terserang virus tungro secara aktif
Ø Pengendalian sumber serangan pada daerah endemis tungro yaitu aplikasi insektisida butiran 5 kg/500 msehari sebelum tanaman dengan dosis sesuai anjuran. Aplikasi insektisida di persemaikan dapat dilakukan bila nilai indeks tekanan tungro > 75 dan apabila saat tanaman umur > 3 minggu sesudah tanam di temukan 2 rumpun tanaman terserang tungro/100 rumpun dan senantiasa tanaman sakit.


4.     PENYAKIT HAWAR DAUN (krek)
Pathogenk : bakteri xanthomonas camperstris pv. Orzae
Gejala serangan
Gejala layu (kresek) terdapat pada tanaman mudah (1-2 mst) gejala awal dimulai dari tepi daun yang luka berupa garis bercak keabsahan. Bercak tersebut meluas berwarna hijau keabu-abuan, seluruh daun menjadi keriput dan akhirnya layu seperti tersiram air panas
Pada tanaman dewasa gejala awal berupa bercak keabsahan pada satu ke dua sisi daun dimulai dari ujung daun. Bercak tersebut meluas, berwarna hijau ke abu-abuan keputihan.
Daur penyakit
Bakteri masuk kajaringan tanaman melalui lika dan lubang alami. Bakteri dapat menginfeksi melalui akar dan pangkal batang, perkembangan penyakit kresek sangat dipengaruhi oleh kelembaban tinggi dan suhu rendah. Penyakit berkembang sangat baik apabila mananam varietas peka, jarak tanam yang rapat, pemakaian pupuk N yang berlebihan 300kg/ha tanpa pemakaian fosfor dan kalium.
Pengolahan
Ø Menanam varietas tahan seperti cisadane dan citandui, varietas agak tahan seperti PB36, PB42, PB46, krueng aceh. Cisanggarun dan cikapundung
Ø Perbaikan cara bercocok tanam seperti perbaikan drainase, pemupukan berimbang sesuai dengan anjuran setempat
Ø Sanitasi bagian tanaman padi terinfeksi dan rerumputan sumber pathogen.

B.   KESIMPULAN
Dari kegiatan praktikum lapangan perlindungan tanaman ini kami mendapatkan tambahan ilmu yang sebenarnya sudah kami lihat di lingkungan masyarakat tempat kami tinggalkan tetapi, kami tidak dia hama atau penyakit dan setelah kami praktikum, kami dapat mendapatkan banyak pengalaman.
Betapa pentingnya kita selaku generasi penerus khususnya di bidang pertanian, mengetahui betapa pentingnya menggunakan musuh alami untuk mengendalikan berbagai macam OPT yang menyerang tanaman. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar